“Wahai para pemuda, kerahkan potensi dirimu selagi masih muda karena belum pernah aku lihat karya yang paling berharga selain yang dilakukan oleh para generasi muda”. (Ibnul Jauzy, Shifatush Shofwah, Jil. IV, hlm. 24).
Pemuda dengan segala kelebihan dan kekurangannya adalah tiang masa depan yang amat potensial. Mereka adalah kekuatan yang memotori kemajuan bagi peradaban manusia, sebab energi dari pemuda maha kuat pancarannya di tengah-tengah dunia. Karenanya masa muda adalah masa yang paling produktif.
Mengingat pentingnya arti masa muda inilah, maka tidak mengherankan bila seluruh perhatian terkonsentrasi pada pergerakan destruktif atau organisasi-organisasi di dunia untuk mengeksploitasinya. Sebab setiap perubahan yang terjadi pada kalangan pemuda adalah perubahan pula bagi bangsa dan peradabannya. Sebagai contoh; revolusi Perancis yang menumbangkan kekuasaan monarki digerakan oleh para pemuda. Perjuangan pro demokrasi di RRC dan Burma juga digerakkan oleh para pemuda. Medan Tiananmen di Beijing, Cina boleh menjadi saksi bagaimana keberanian pemuda-pemudi menyongsong desingan peluru demi cita-cita demokrasi yang didambakannya. Bahkan foto yang merekam keberanian seorang pemuda pro-demokrasi menyongsong iringan tank baja menjadi foto jurnalistik terbaik dunia pada waktu itu. Para pengikut setia Lenin dan Stalin di awal kemenangan komunis di Uni Soviet kebanyakannya adalah para pemuda. Pemuda Michail Gorbacev ketika berusia 18 tahun menulis, “Lenin adalah ayahku, guruku dan Tuhanku”.
Perubahan yang di maksud juga pernah terjadi pada zaman Rasulullah Saw, dimana beliau lebih memusatkan dakwahnya kepada pemuda dari usia 8 hingga 40 tahun. Sehingga Rasulullah Saw pun bersabda, “Perjuanganku didukung oleh pemuda, oleh sebab itu wasiat yang baik untuk mereka”.
Pada akhirnya ditangan merekalah berdiri Daulah Islamiyah dan mereka menjadi pemimpin bagi dunia dan mengaturnya dibawah panji-panji Islam. Mereka meraih ketinggian itu atas dasar kesadaran yang tertanam dalam benaknya bahwa masa muda adalah masa yang paling menentukan dalam meniti langkah berikutnya. Akan tetapi situasi yang kita lihat saat ini menampakkan perbedaan yang cukup mencolok di banding dengan periode sebelumnya. Di zaman modern ini tidak jarang para generasi mudanya terbuai dalam impian-impian kosong, terpedaya oleh gemerlapnya duniawi yang semu dan menjadi propaganda-propaganda utama perzinaan. Mereka tidak mempunyai aktifitas yang mengarah pada kebaikan dunia dan akhirat selain hanya hura-hura memperturutkan hawa nafsunya.
Kini, apakah yang sedang dilakukan dan dipikirkan oleh pemuda berusia 8 hingga 23 tahun? Remaja dan pemuda sekarang lebih aktif untuk memuaskan hawa nafsunya. Lihatlah cara berpakaian mereka, cara bergaul, kreatifitas dan sejenisnya. Gambaran remaja dan pemuda-pemudi yang tampil di berbagai media, tak ada bedanya antara mereka (yang mengaku Muslim) dengan artis-artis yang jelas menyebarkan kekufuran dan kesesatannya, realitas inilah yang terpampang di depan mata dan telinga kita.
Kita tidak mengelak bahwa sebenarnya jumlah umat Islam di seluruh dunia yang mencapai lebih dari satu milyar, tidak mampu ‘berbicara’ dalam forum internasional, dibidang apapun. Sekiranya Allah SWT tidak menganugrahkan kepada kita Shahwah Islamiyah (kebangkitan Islam), niscaya bencana itu akan menimpa secara menyeluruh diatas dunia. Karenanya, diharapkan dengan adanya dakwah dan tarbiyah yang dilakukan secara intensif, para aktifisnya mampu mengatasi dan mengarahkan generasi muda ke jalan yang lurus.
Dalam hal ini, Imam Asy Syahid Hasan Al Banna pernah berkata, “Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang didalamnya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan siap untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini yakni; (1) Keimanan, (2) Keikhlasan, (3) Semangat, dan (4) Amal, merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah hati yang peka, dasar keikhlasan adalah hati yang jernih, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah tekad yang membaja. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang, pemuda merupakan pilar kebangkitan setiap umat, rahasia kekuatan pada setiap kebangkitan, dan pembawa bendera setiap fikrah. ‘ Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk’. (QS. Al Kahfi: 13)”. (Prof. Dr. Abdul Hamid Al Ghazali, Pilar-Pilar Kebangkitan Umat, hlm. 57).
Dengan demikian pemuda telah mengikrarkan dirinya untuk sebuah kebangkitan atau kemunduran sebuah peradaban. Dalam sejarah dunia, pemuda terus-menerus mempelopori aksi-aksi yang mengundang decak kagum sampai hinaan yang paling hina, demikian pula terjadi pada sejarah Islam yang melahirkan mujahid-mujahid muda unggul dalam setiap tahun dan abad. Nabi Muhammad SAW ketika diangkat Rasul berumur empat puluh tahun. Pengikut beliau yang utama adalah pemuda. Diantaranya Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, masing-masing berumur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah (11), al Arqam bin Abil Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (14), Sa’ad bin Abi Waqash (17), Umar bin Khatthab (26), Ja’far bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritshah (20), Mushab bin Umair (24), Abu Bakar Ash Shiddiq (37), Hamzah bin Abdul Muthalib (42), dan sebagainya. Dikalangan perempuan diantaranya Siti Khadijah, Siti Aisyah, Fatimah bin Khatthab, Sumayyah bin Khayyat, dan banyak lagi yang lainnya.
Diantara generasi selanjutnya dapat kita lihat contohnya, Imam Syafi’i telah hafal Al Qur’an pada umur 9 tahun dan mulai diminta ijtihadnya pada usia kira-kira 13 tahun, sebelum akhirnya ia menjadi mujtahid dan salah satu imam madzhab terkemuka. Hasan Al Banna mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin pada usia 23 tahun. Usamah bin Ziad telah memimpin pasukan besar pada usia 18 tahun. Dan masih banyak contoh yang lainnya.
Sesungguhnya jihad pemuda bagaikan kekuatan yang bergelora,
sebab mereka akan menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru yang baik,
mewujudkan cita-cita yang tak akan pernah sanggup dicapai
oleh orang-orang yang lemah dan tidak memiliki semangat
(Imam Hasan Al Banna)