Qira’ah yang mutawatir adalah Qira’ah As
Sab’ah (tujuh) yang termasyhur. Qira’ah yang mutawatir itu disampaikan
kepada kita dari para Qurra’ yang huffadz. Mereka terkenal
dengan hafalan, kekuatan ingatan dan kejujurannya. Mereka menukil
qira’at para shahabat yang mendengarkan langsung ayat-ayat Al Quran dari
Rasulullah.
Tujuh Imam Qira’ah As Sab’ah
Untuk melestarikan qira’ah as sab’ah, yang
mulai kita lupakan, bahkan saat ini banyak yang belum mengerti tentang
qira’ah sab’ah, maka kita perlu kembali pada sejarah dan mengenal imam qurra’ tujuh yang masyhur. Qira’ah yang mutawatir yang dinuqilkan kepada kita itu adalah dari para Qurra’ yang huffadz.
Mereka terkenal dengan hafalan, kekuatan ingatan dan kejujurannya.
Mereka itulah para imam qurra yang termasyhur yang menuqilkan kepada
kita qira’ah sahabat dari Rasulullah. Mereka jelas mempunyai kelebihan
ilmu dan pengetahuan terhadap kitab Allah, sebagaimana telah disinggung
oleh Raulullah: “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
Inilah biografi singkat dari 7 Imam Qira’ah As Sab’ah :
- Ibnu Amir
Namanya Abdullah Al-Yuhsibi, pernah menjabat qadhi di Damsyiq pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Mulk. Dia diberi nama panggilan Abu Imran. Dialah seorang tabi’in yang mengambil qiraah dari Mughirah bin Abi Syihab Al-Makhzumi, dari Utsman, dari Rasulullah. Dia meninggal di Damsyiq tahun 118 H. Ada dua orang yang terkenal meriwayatkan qira’ahnya yaitu Hisyam dan Ibnu Dzakwan. Penulis kitab Asy-Syathibiyyah mengatakan: “Adapun Damsyiq adalah kampung (negri) Ibnu Amir. Sedangkan Hisyam dan Dzakwan adalah dua orang yang meriwayatkan qira’ahnya.” - Ibnu Katsir
Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah Ibdu Katsir Ad-Dari Al-Makiyyi. Dia Imam dalam hal qira’ah di Mekkah. Dia seorang tabi’in dan pernah berjumpa dengan sahabat Abdullah bin Zubair, Abu Ayyub Al-Anshari dan Anas bin Malik. Dia meninggal di Mekkah tahun 120 H. Dua orang yang terkenal meriwayatkan qira’ahnya, yaitu Al-Bazzi (meninggal tahun 250 H) dan Qunbul (meninggal tahun 291 H) penulis kitab Asy-Syathibiyyah mengatakan: “Mekkah itu tampat tinggal Abdullah Ibnu Katsir. Sedangkan yang meriwayatkan qira’ahnya adalah Ahmad Al-Bazzi dan Muhammad Ali yang nama sanadnya dilaqabi Qanbul” - Ashim Al-Kufiyyi
Dia adalah Ashim bin Abi Najwad Al-Asadi. Dia sering dipanggil Ibnu Bahdilah. Nama panggilannya Abu Bakar dan dia adalah seorang tabi’in. Meninggal di Kufahtahun 127 atau 128 H. Yang meriwayatkan qira’ah darinya adalah syu’bah (wafat tahun 193 H) dan Hafsh (wafat tahun 180 H). Penulis kitab Asy-Syathibiyyah mengatakan: “Di Kuffah Al-Gharra’ ada tiga orang yang keharuman mereka melebihi wangi-wangian dari cengkih Abu Bakar atau Ashim adalah panggilannya yang utama meriwayatkan darinya adalah syu’bah yang terkenal dan Hafs yang terkenal dengan ketelitiannya itulah murid Ibnu Iyasy atau Abu Bakar yang diridhai.” - Abu Amr
Nama lengkapnya Zayyan bin Al-’Alla’ bin Umar al-Bashri, syekh para perawi. Dikatakan pula dengan nama Yahya, juga Kunaitah. Meninggal di Kuffah tahun 154 H. Yang meriwayatkan darinya adalah Ad-Duri (wafat tahun 246 H) dan Susi (wafat tahun 261 H). Penulis kitab Asy-Syathibiyyah mengatakan : “Imam Muzini yang dipanggil Abu Amr Al-Bashri putra Al-’Alla ia menurunkan ilmunya pada Yaya al-yazidi namanya populer bagai sungai Eufrat Abu Amr Ad-Duri orang paling shaleh diantara mereka.” - Hamzah Al-Kufi
Nama lengkapnya Hamzah bin Habib bin Immarah Az-Zayyat Al-Faradhi At-Taimi maula (bekas hamba) Ikrimah bin Rabi’ At-Taimi. Nama panggilannya Abu Immarah. Dia meninggal di Halwan pada masa khalifah Abu Ja’far Al-Manshur tahun 156 H. Adapun yg meriwayatkan darinya adalah Khalaf (wafat tahun 229 H) dan Khallad (wafat tahun 220 H) lewat (dengan perantaraan) Salim. Penulis kitab Asy-Syathibiyyah mengatakan: “Ada lagi Hamzah si wara’i yang jatuh hati pada Al-Qur’an meriwayatkan darinya adalah Khalaf dan Khallad dengan perantara Salim.” - Nafi’
Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ bin Abdurrahman bin Abi Na’im Al-Laitsi, dia berasal dari Ashifahan, dan terkenal sebagai pakar Qurra’ di Madinah tahun 169 H. Yang meriwayatkan darinya adalah Qalun (wafat tahun 220 H) dan Warasy (wafat tahun 197 H). Penulis kitab Asy-Syathibiyyah mengatakan: “Adalah Nafi’ seorang terhormat lagi harum namanya memilih tempat di Madinah Qalun Isa dan Utsman Warasy sahabat mulia yang mengembangkannya.” - Al-Kasai
Nama lengkapnya adalah Ali bin Hamzah, seorang imam nahwu bagi orang-orang Kuffah. Nama panggilannya Abul Hasan. Sedang dinamakan Al-Kasai, karena ketika ihram dia memakai pakaian kebesaran (kisa). Dia meninggal di Ranbawiyyah, sebuah kampung di desa Ar-Rai, ketika hendak pergi ke Hurasan bersama Ar-Rasyid tahun 189 H. Orang yang meriwayatkan darinya adalah Abu Al-Harits (wafat tahun 242 H) dan Ad-Duriy (wafat tahun 246 H). Penulis kitab Asy-Syathibiyyah mengatakan: Adalah Ali yang panggilannya Al-Kasa’I karena “kisa” pakaian ihramnya yang neriwayatkan darinya adalah Abu Harits dan Hafsh Ad-Duriyyi.
Adapun qira’ah (bacaan Al-Quran) yang lazim
digunakan oleh mayoritas umat islam (terutama di Indonesia) adalah
qira’ah yang diriwayatkan oleh Imam Hafash dari ‘Ashim salah seorang
dari imam Qira’ah Sab’ah.
Hafash adalah Abu Umar Hafsh bin Sulaiman
bin Al-Mughirah Al-Bazzaz. Lahir tahun 90 Hijriyah dan wafat tahun 180
Hijriyah. Beliau adalah seorang yang ‘alim dan yang paling tahu tentang
qira’at ‘Ashim. Beliau belajar Al-Quran dari ‘Ashim lima ayat-lima ayat
seperti cara belajarnya anak kecil.
‘Ashim adalah Abu Bakar ‘Ashim bin Abi
An-Najudi Al-Kufi bin Bahdalah. Wafat di akhir tahun 128 Hijriyah.
Beliau adalah seorang yang fasih bahasanya, ahli dan tekun dalam menulis
Al-Quran dan tajwid, serta memiliki suara yang sangat merdu. Beliau
belajar qira’at kepada Abu Abdur-Rahman Abdullah bin Habib As-Sulami.
Abu Abdur-Rahman belajar Al-Quran kepada para Shahabat
radhiyallahu’anhum yaitu ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib, Ubai
bin Ka’ab, Abdullah bin Mas’ud dan Zaid bin Tsabit.
Khatimah/Penutup
Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab
“Shahih”-nya bahwa ‘Umar bin Khattab ra. berkata : “Aku mendengar Hisyam
bin Hakim sedang membaca surat Al-Furqan. Kuperhatikan bacaannya, dan
kudapati ia membaca dengan dialek (atau susunan huruf-huruf) yang tak
pernah dibacakan Rasulullah kepadaku. Hampir saja aku melompat ke
arahnya yang sedang shalat, tapi aku bisa menahan diri sampai ia
mengucapkan salam. Aku tarik dan kuikat ia dengan selendangnya, dan aku
tanya : “Siapa yang mengajarimu surah yang aku dengar tadi?” Hisyam
menjawab : “Rasulullah!” Aku berkata : “Kamu berdusta! Rasul mengajarkan
kepadaku tidak seperti yang kau baca.” Lalu aku membawanya menghadap
Rasulullah Saw dan kukatakan kepada beliau : “Aku telah mendengar orang
ini membaca surah Al-Furqan dengan huruf (yakni bacaan) yang belum
pernah Anda ajarkan kepadaku.” Rasul menjawab : “Lepaskan dia!” Kemudian
Rasulullah saw berkata kepadanya : “Bacalah surah itu hai Hisyam!”
Hisyam-pun membaca dengan bacaan yang aku dengar tadi. Lalu Rasulullah
Saw bersabda : “Memang demikian ayat itu diturunkan.” Kemudian beliau
berkata kepadaku : “Bacalah surah itu hai Umar!” Akupun membaca (seperti
yang diajarkan Rasul) dan Rasulullah Saw kemudian bersabda :
“Demikianlah ayat itu diturunkan. Sesungguhnya Al-Quran itu diturunkan
dalam tujuh huruf (tujuh cara bacaan), maka bacalah dengan cara yang kau
anggap mudah!”. Wallahu a’lam
Oleh : Hamim Tohari, Yogyakartasumber : http://www.fimadani.com/mengenal-qiraah-as-sabah